Bertanya, masih pantaskah mahasiswa di tahun 2009 ini dielu-elukan sebagai pengawal tegaknya kedaulatan rakyat apabila sepanjang 2008 lalu gerakan mahasiswa terseret arus anarkisme. Nada apologetik bahwa ini adalah pilihan gerakan agar sang penguasa mau mendengar aspirasi mahasiswa menyeruak. Di pihak lain, kerumunan masa memporak porandakan kantor KPUD dan kantor ormas tertentu dengan menamakan dirinya rakyat pro demokrasi atau apalah. Dua elemen berbeda, bergaya sama berujung anarkisme. Satu terdiri dari kaum intelektual kampus dan satunya lagi terdiri dari barisan sakit hati buah kompetisi politik. Wabah anarkisme ini seolah tak kunjung usai, besar kemungkinan akan memuncak kembali menjangkiti masyarakat kita 3-5 bulan pada momen RI I dan RI II.
Pergantian tahun dari 2008 ke 2009 masehi dan dari 1429 ke 1430 hijriyah harus bisa dijadikan momen evaluasi gerakan. Sudah 10 tahun lebih 6 bulan peristiwa gerakan mahasiswa 1998 berlalu, tetapi kenapa pilihan gerakan menumbangkan penguasa masih berkelanjutan. Penulis bersepakat dengan model gerakan penggulingan kekuasaan diktator orde baru di era 98, tetapi era ini masihkah ada pemimpin yang berani menjadi tiran. Saya rasa kalaupun ada, mereka sudah pupus dengan sendirinya. Faktornya tentu hampir semua pilar trias politika berjalan semestinya. Bak gayung bersambut rakyat pun mulai peduli dengan nasibnya sendiri, tidak bergantung pada pemimpinnya belum termasuk mahasiswa. .
Pilihan-pilihan gerakan mahasiswa turun jalan yang pasti berujung anarkis patut dicurigai sebagai massa ditunggangi. Dalam artian ditunggangi secara politis dan ditunggangi angkatan 1998 secara ideologis. Ditungganginya secara politis bisa dilihat dari munculnya pahlawan-pahlawan dengan mengusung simbol-simbol terentu. Akibatnya keuntungan popularitas diraih untuk menambah jumlah partisipan di dalam jejaringnya. Tunjuk hidung saja seperti anak-anak HTI, HMI, KAMMI, GMNI, SPM dan PMII tidak kalah ketinggalan.
Sedangkan gerakan mahasiswa masih ditunggangi angkatan 1998 secara ideologis bisa dilihat dari wacana apapun yang dikatakan birokrasi bohong, mahasiswa yang benar. Pemahaman itu seolah sudah menjadi apriori yang tak mudah untuk dibantah. Padahal cara pandang semacam itu harus dikritik. Dalam materi perektrutan anggota organisasi kepemudaan terus saja mentradisikan wacana lawan sebagai warisan angkatan 1998 yang bersumber pangkal marxis dan che guevara sebagai ikon. Kritik paling nyata tentu materi-materi pelatihan kepemudaan dijejali mimpi-mimpi para pemberontak yang tak berkesudahan. Bahkan condong membentuk penjajah baru dengan kemampuan hipnotis massa dalam podium.
Pengulangan sejarah menjangkiti gerakan mahasiswa di tahun 2008. mahasiswa di jakarta, sulawesi, medan, jawa timur dan ambon terdiagnosa begitu. Tidak ada beda dengan mahasiwa yang mengusung nasionalisme, demokrasi maupun islam. Semua berujung pada pembentukan tiran baru. Karena pada dasarnya berstruktur ideologi sama yakni mengekor pola 1998 yang berujung pangkal pada marx denga aksi massa-nya. Dimana saat struktur dominan dapat ditumbangkan, perlahan muncul struktur dominan baru yang menindas yang lain terus berulang dan berulang.
Tahun 2009 bulan kedua ini, semua mesti baru termasuk format dinamisasi gerakan. Tidak perlu takut untuk mendefinisikan diri sebagai kader pergerakan, karena pada setiap ciptaaan butuh akan identitas gerak. Minim atau bahkan tidak adanya gerak hanya akan mengantarkan diri pada kebekuan lantas mati. Ayo bergerak. Tangan Terkepal Dan Maju Kemuka.